A) Pengertian ilmu
Ilmu
berasal dari kata علم-
يعلم- علما yang artinya mengetahui, lawan dari kata جهل yang artinya
bodoh.
Ilmu
pengetahuan adalah terjemahan dari kata bahasa Inggris, Science, yang berarti
pengetahuan. Kata science itu sendiri berasal dari bahasa Yunani Scientia yang
berarti pengetahuan. Namun pengertian yang umum digunakan ilmu pengetahuan
adalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian
dan dapat diterima oleh rasio.
Imam Raghib al- Ashfahani dalm kitabnya, Mufradat Al –Qur’an,
berkata, “ ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikatnya. Ia terbagi dua: pertama, mengetahi inti
sesuatu itu (oleh ahli logika dinamakan ahli tashawwur). Kedua, menghukum
adanya sesuatu pada sesuatu yang ada (oleh ahli ligika
dinamakan tashdiq, maksudnya mengetahui hubungan sesuatu dengan sesuatu).”
Az-Zubaidi berkata dalam kamus Tajul-‘Arus,
“Mayoritas ahli membedakan masing-masing term itu. Bagi mereka ilmu adalah yamg
paling tinggi karena ilmu itulah yang mereka perkenankan untuk dinisbatkan
kepada allah swt. Sementara, mereka tidak mengataknan: ‘Allah arif’ atau ‘Allah
syair’. Perbedaan-perbedaaan tersebut disebut dalahm karangan-karangan ahli
basaha.
Al
Manawi dalam kitab At-taufiq berkata , “ ilmu adalah keyakinan kuat yang tetap
sesuai dengan realita. Bisa juga bersifat yang membuat perbedaan tanpa kritik.
Atau, ilmu adalah tercapainya bentuk sesuatu dalam akal.”
Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk merubah tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih baik,karena
pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan
kebodohan.
Seseorang harus memulai dengan ilmu sebelum
beramal.Maksud dari beramal adalah melakukan kegiatan atau melakukan suatu
pekerjaan. Dalam melakukan pekerjaan manusia dituntut mengetahui ilmunya dari pekerjaan tersebut. Karena dengan
mengetahui ilmunya pekerjaan akan lebih terarah dan tidak berantakan.
menuntut ilmu merupakan ibadah sebagai mana sabda Nabi Muhammad Saw.
Mu’adz bin Jabbal berkata :
“Tuntutlah ilmu, karena mempelajari ilmu karena mengharapkan wajah Allah itu
mencerminkan rasa Khasyyah, mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah
tasbih, menuntutnya adalah Jihad, mengajarnya untuk keluarga adalah Taqarrub.”
Dengan
demikian perintah menuntut ilmu tidak di bedakan antara laki-laki dan
perempuan. Hal yang paling di harapkan dari menuntut ilmu ialah terjadinya
perubahan pada diri individu ke arah yang lebih baik yaitu perubahan tingkah
laku, sikap dan perubahan aspek lain yang ada pada setiap individu.
Perbedaan
Orang yang Berilmu dengan Orang Bodoh
Dalam Al- Qur’an Allah SWT. Berfirman,
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ
الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ
يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو
الْأَلْبَابِ
"(apakah kamu hai
orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu waktu
malam dengan sujud dan berdiri, sedang dia takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya
orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran."(Az-Zumar:9)
Allah SWT membedakan antara orang yang berilmu dan orang
yang jahil.Keduanya tidak sama. Terlepas dari substansi ilmu pengetahuan, yang
terpenting adalah antara orang yang berilmu dengan orang yang bodoh jelas
tidaklah sama.Seperti halnya antara orang yang buta dan orang yang melihat,kegelapan
dan cahaya, orang yang hidup dana mati, manusia dan hewan, serta antara
penghuni surga dan penghuni neraka.
C.
Kewajiban Menuntut Ilmu
Dasar
hukum menuntut ilmu yaitu berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits nabi Muhammad saw. Banyak sekali hadits dan ayat Al-Qur’an yang
menerangkan tentang menuntut ilmu.
Di dalam
Islam, menuntut ilmu merupakan perintah sekaligus kewajiban. Manusia
diperintahkan untuk menuntut ilmu, karena dengan ilmu pengetahuan kita bisa
mencapai apa yang dicita-citakan baik di dunia maupun di akhirat. Apalagi
sebagai seorang muslim itu wajib hukumnya seperti dalam sebuah hadits
disebutkan bahwa :
Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu merupakan kewajiban
bagi setiap muslim.”
(Hadits sahih, diriwayatkan dari
beberapa sahabat diantaranya: Anas bin Malik, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ali
bin Abi Thalib, dan Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu Anhum. Lihat: Sahih
al-jami: 3913)
Maka jelas
kiranya bahwa menuntut ilmu pengetahuan memang diwajibkan. Dengan ilmu kita bisa
meraih dunia, dengan ilmu kita dapat meraih akhirat dan dengan ilmu pula kita
bisa meraih kedua-duanya.
firman Allah pada surat Al-Alaq ayat
1-5 , berbunyi :
اِقْرَأ بِا سْمِ رَبِّكَ الَّذيْ خَلَقَ(1
خَلَقَ الأِ نْسَا نَ مِنْ عَلَقْ(2
إِقْرَأْ وَ رُبُّكَ الأَكْرَامُ(3
ا لّذْ ي عَلَّم بِا لْقَلَمْ(4
عَلَمَ الاِ نْسَا نَ مَا لَمْ يَعْلَمْ(5
Artinya
: “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan , Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang
mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya.” ( Al-Alaq : 1-5)
Ini
ayat pertama yang turun kepada Rasulullah. Ayat ini berisi perintah untuk
membaca,menulis, dan juga belajar. Allah telah memberikan manusia sifat fitrah
dalam dirinya untuk bisa belajar dan menggapai bermacam ilmu pengetahuan dan
keterampilan hingga dapat menambah kemampuannya untuk mengemban amanat
kehidupan di muka bumi ini.
Rasulullah
sering berbicara tentang keutamaan ilmu dan bahkan mewajibkan umatnya untuk
menuntut ilmu. Perintah untuk menuntut ilmu ini merupakan salah satu pusat
perhatian Islam bagi para pemeluknya.
Manusia
diwajibkan untuk menuntut ilmu karena hal ini sebenarnya telah dijawab oleh
Al-Qur’an sendiri. Dimana menurut Al-Qur’an, Allah menciptakanmanusia dalam
keadaan vakum dari ilmu, lalu Allah memberinya perangkat ilmu agar mampu
menggali ilmu dan mempelajarinya. Karena memang ilmu itu harus digali, dipelajari,
dan diamalkan sebagaimana firman-Nya
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا
تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya : "Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan Dia memberi kalian pendengaran, penglihatan dan hati agar kalian Bersyukur” .(Q.S. An Nahl: 78)
Pendengaran,
penglihatan dan hati atau akal adalah merupakan perangkat atau alat untuk
menuntut ilmu. Perangkat ilmu yang Allah berikan kepada manusia merupakan
sebuah potensi yang tiada ternilai harganya, dengan penglihatan, pendengaran
dan hati (akal) manusia mampu menggali ilmu. Karena kemampuannya menalar dan
mempunyai bahasa untuk mengkomunikasikan hasil pemikiran yang abstrak..
Pengetahuan
itu diperoleh manusia bukan hanya dengan penalaran, melainkan juga dengan
kegiatan berfikir lainnya, dengan perasaan dan intuisi. Lain halnya dengan
hewan yang tidak memiliki potensi tersebut karena hewan tidak mampu berbuat
seperti apa yang dapat dicapai oleh manusia. Maka sangat beralasan jika Allah
memerintahkan manusia untuk menggali lautan ilmu-Nya.
Seberapapun
tingginya ilmu dan pengetahuan manusia, hanyalah merupakan sebagian kecil saja
dari ilmu Allah. Namun kesempatan untuk memperoleh sebagian-sebagian dari ilmu
Allah yang lain tetaplah ada selama manusia mempunyai kemauan, kemampuan dan
usaha.
Dalam
mencari ilmu pengetahuan, hendaklah yang dapat memberikan manfaat bagi kebaikan
di dunia dan di akhirat baik untuk diri kita sendiri maupun untuk orang lain.Mengajarkan
ilmu kepada orang lain merupakan sadaqoh, sesuai dengan sabda Nabi,
Selagi ada
kesempatan untuk mencari ilmu dan sebelum Allah mencabut atau mengangkat ilmu
dari manusia, maka carilah ilmu sebanyak-banyaknya untuk kita manfaatkan serta
kita amalkan di jalanNya. Sebab ilmu yang bermanfaat merupakan salah satu amal
jariyah yang tak akan terputus.
“Sesungguhnya
dunia adalah terkutuk dan terkutuklah semua penghuninya kecuali orang-orang
yang mengingat Allah,para wali Allah,para orang-orang yang berilmu dan juga
orang orang yang belajar untuk mendatkan ilmu” (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah)
Rosulullah
selalu antusias dalam menyebut ilmu dan orang-orang yang mempelajarinya dengan
gigih. Rosulullah selalu menyerukan kepada semua kaum muslimin untuk
mempelajari berbagai macam ilmudan mengajarkannya kepada manusia sebagaimana
diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud bahwa rosulullah bersabda
Artinya
belajarlah akan
suatu ilmu dan lalu ajarkanlah (ilmu tersebut) kepada manusia. Pelajarilah ilmu
faroidh (ilmu waris) dan lalu ajarkan kepada manusia. Pelajarilah al-qur’an dan
lalu ajarkanlah kepadda manusia.
D. Keutamaan ilmu
Selain Al-Qur’an banyak sekali hadits yang menjelaskan keutamaan ilmu dan
kedudukan ulama, baik dimata Allah maupun dimata manusia, di dunia maupun di
akhirat. Ulama di hargai demikian tingginya tak tertandingi oleh siapapun, dan
tak mungkin dapat dikejar, kecuali melalui ilmu.
Berikut
beberapa keutamaan ilmu yang disebutkan didalam Al-qur’an dan As-Sunnah:
- kelebihan ilmu dibanding ibadah
Salah satu fadhilah ilmu
dari ibadah adalah bahwa kebanyakan manfaat ibadah terbatas pada pelakunya.
Orang yang melakukan salat atauberpuasa, haji, zikir dan ibadah yang lai, akan
mendapat kebaikan-kebaikan amal perbuatannya dan peningkatan derajatnya. Tetapi,
masyarakat lain tidak akan mndapat ganjaran mereka sedikitpun secara langsung.
Berbeda dengan ilmu; ia bermanfaat jauh melampui si pilaku itu sendiri, sampai
pada orang yang mendengarnya, atau membacanya. Ilmu tidak mengenal ikatan,
tidak pula mengakui adanya dinding dan jurang pemisah. Lebih-lebih pada zaman
kita sekarang, ketika ilmu tersebar luas melalui radio dan televisi yang dapat
ditangkap dalam beberapa detik dan bahkan dalam seketika itu juga para
pendengar dan para pemirsa yang ada diberbagai tempat.
- Ilmu tidak terputus lantaran berahirnya hayat
Ilmu tidak
terputus lantaran berahirnya hayat, dan ilmu tidak mati dengan kematian
pemiliknya. Tetapi bagi orang yang salat, atau berpuasa, atau membayar
zakat,berhaji, berumroh, bertasbih, bertahlil, berzikr, dan bertakbir, semua
amal ini mendapat balasan dari allah, tetapi
balasan itu terputus lantaran selesai atau berakhirnya amala tertentu. Adapun
ilmu, ia terus berpengaruh selama orang masih memanfaatkanya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu
dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
"Apabila seorang keturunan Adam
meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal: shadaqah
jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak shalih yang mendo'akannya."
(HR. Muslim no.1631)
Betapa besarnya kebaikan yang akan
didapatkan oleh orang yang berilmu berupa pahala dan kebaikan-kebaikan yang
banyak. Dan pahala tadi akan terus mengalir kepadanya tanpa terputus selama
ilmunya disampaikan oleh murid-muridnya dari generasi ke generasi berikutnya,
dan selama kitab-kitabnya dan tulisan-tulisannya dimanfaatkan oleh para hamba
di berbagai negeri, dan seperti inilah pahala dan ganjaran orang yang berilmu
akan tetap sampai kepadanya setelah kematiannya dengan sebab ilmu yang telah
dia tinggalkan untuk manusia, di mana mereka mengambil manfaat terhadap ilmunya.
- Ilmu merupakan tanda kebaikan seorang hamba
Ketika
seorang hamba diberi kemudahan untuk memahami dan mempelajari ilmu syar’i, itu
menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hamba tersebut, dan
membimbingnya menuju kepada hal-hal yang diridhai-Nya.
Kehidupannya menjadi berarti, masa
depannya cemerlang, dan kenikmatan yang tak pernah dirasakan di dunia pun akan
diraihnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan kepada seorang hamba maka Ia akan
difahamkan tentang agamanya.”
(Muttafaq
Alaihi dari Muawiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu anhuma)
- Orang yang berilmu akan ditinggian derajatnya
Sesungguhnya allah akan meningkatkan derajat orang-orang
yang mau menuntut ilmu sebagaimana firmannya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي
الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ
انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ
وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ
خَبِيرٌ
Artinya :"Hai
orang orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “ Berlapang lapanglah
dalam majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan” ( Q.S Al-Mujaadalah:11)
Ditinggikannya
derajat dengan beberapa derajat, ini menunjukkan atas besarnya keutamaan, dan
ketinggian di sini mencakup ketinggian maknawiyyah di dunia dengan tingginya
kedudukan dan bagusnya suara (artinya dibicarakan orang dengan kebaikan) dan
mencakup pula ketinggian hissiyyah (yang dirasakan oleh tubuh dan panca indera)
di akhirat dengan tingginya kedudukan di jannah. (Fathul Baarii 1/141)
Allah pun akan
meninggikan derajat orang orang yang berilmu sebagaimana diri-Nya memuliakan
diri-Nya dan mengagungkan kekuasaan-Nya, lalu setelahnya Dia memuliakan
malaikat dan kemudian memuliakan orang orang yang berilmu, sebagaimana
firman-Nya:
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو
الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Artinya
:“ Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan(yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” Q.S Ali Imran:18
- menuntut ilmu merupakan ibadah dan akan dipermudah jalan menuju syurga
Menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan
merupakan Ibadah yang paling agung dan paling utama, sehingga Allah
menjadikannya sebagai bagian dari jihad fisabilillah, sebagaimana firmanNya
dalam surat At Taubah 122
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ
كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ
وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ
يَحْذَرُونَ
Rosulullah bersabda
"barang siapa menempuh jalan demi mengharapkan suatu ilmu, maka
allah akan mempermudah jalan baginya menuju syurga. Sesungguhnya malaikat akan
meletakkan sayap-sayapnya karena keridhaannya akan pencari ilmu. Sesungguuhnya
semua yang ada di langit dan di bumi dan bahkan lumba-lumba di lautan
sekalipun, akan selaly memintakan ampunan bagi orang yang berilmu"
- Ilmu adalah kehidupan dan cahaya
Dalam banyak ayat, Al qur’an menganggap ilmu sebagai kehidupan dan cahaya,
sedangkan kebodohan merupakan kematian dan kegelapa. Seperti diketahui semua
bentuk kejahatan disebabkan oleh ketiadaan kehidupan dan cahaya,dan semua
kebaikan disebabkan oleh cahaya dan kehidupan.
E. Syarat-syarat
menuntut ilmu
Dalam kitab “Ta’lim al-Muta’allim”
yang ditulis oleh Imam Al-Zarnuji, beliau menulis bahwa syarat-syarat mencari ilmu itu ada 6 yaitu:
1.
Cerdas
(Dzakaun)
Kecerdasan merupakan syarat pertama yang harus dipenuhi oleh
thalibul ilmi. Imam Ghazali pernah mengatakan bahwa orang yang pintar adalah
orang yang mengetahui bahwa ia tidak tahu akan sesuatu dan karenanya dia mau
belajar.
Maksud cerdas disini
bukanlah tingkatan kepintaran, melainkan tidak gila. Orang tersebut haruslah
waras, dapat membedakan mana angka satu dan dua, mana hitam dan putih, mana
baju dan celana.
2.
Rakus
(hirsun)
Rakus adalah
(punya kemauan dan semangat untuk berusaha mencari ilmu)
menurut Imam as-Syafi’i, dalam menuntut ilmu janganlah langsung merasa puas terhadap apa yang telah didapat dan jangan hanya menuntut ilmu di satu daerah saja.
menurut Imam as-Syafi’i, dalam menuntut ilmu janganlah langsung merasa puas terhadap apa yang telah didapat dan jangan hanya menuntut ilmu di satu daerah saja.
“Tidak cukup teman belajar di dalam negeri
atau dalam satu negeri saja, tapi pergilah belajar di luar negeri, di sana
banyak teman-teman baru pengganti teman sejawat lama, jangan takut sengsara,
jangan takut menderita, kenikmatan hidup dapat dirasakan sesudah menderita.”
(diambil dari kitab Sejarah Hidup dan Silsilah Syekh Kiyai Muhammad Nawawi
Tanara Banten yang ditulis oleh H. Rofiuddin. Hal. 4).
3.
Sabar
Seorang yang menuntut ilmu sudah barang tentu akan menghadapi macam-macam
gangguan dan rintangan. Selain berusaha maka bersabarlah untuk menghadapi semua
itu, dan perlu diketahui bahwa sabar adalah sebagian dari Iman, “As-Shobru mina
al-iman”. Dan Sabar disini mengandung arti tabah, tahan menghadapi cobaan atau
menerima pada perkara yang tidak disenangi atau tidak mengenakan dengan ridha
dan menyerahkan diri kepada Allah Swt, akan tetapi kesabaran disini harus
diartikan dalam pengertian yang aktif bukan dalam pengertian yang pasif.
Artinya nrimo (menerima) apa adanya tanpa usaha untuk memperbaiki keadaan.
4.
Modal/bekal
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan
wajib hukumnya bagi setiap muslim, dan dijelaskan lagi dalam hadis “Tuntutlah
ilmu mulai dari rahim ibu sampai liang lahat”. Dari hadis tersebut kita bisa
mengetahui bahwa, seumur hidup kita wajib menuntut ilmu. Pendidikan bukan hanya
pendidikan formal tetapi non formal pun ada. Rasul menjanjikan kepada para
penuntut ilmu,
“Sesungguhnya Allah pasti mencukupkan rezekinya bagi orang yang menuntut
ilmu” Dan yakinkanlah bagi para
penuntut ilmu walaupun dengan segala kekurangan (biaya) pasti mampu atau bisa
menyelesaikan pendidikan. Karena pasti akan ada jalan lain selama manusia
berusaha dan yakin terhadap kekuasaan dan pertolongan Allah Al-Yaqinu Lâ Yuzâlu
bi as-Syak Artinya: ”keyakinan tidak bisa
dihilangkan oleh keragu-raguan”. Dan akhirnya maka tidak ada alasan orang
tidak bisa menuntut ilmu karena biaya, seperti keterangan sebelumnya carilah
jalan lain, solusi lain untuk bisa menuntut ilmu.
5.
Petunjuk
guru
Banyak
orang yang tersesat karena belajar tanpa guru, seoarng tholibul ilmi hendaklah
mempunyai seorang guru sebagai petunjuk, walaupun ada yang mengatakan bahwa
buku adalah guru yang besar, tapi buku tidak bisa mituturi (memberi
nasihat)
6.
Karena ilmu sangat luas dan tidak memiliki akhir
maka sudah barang tentu membutuhkan waktu yang sangat lama. Pepatah Arab
mengatakan :”Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat” seorang pelajar harus mengulang-ulang pelajaran yang telah
didapat, jadi dalam mencari ilmu tidaklah cukup dalam waktu yang singkat. Seperti contoh seorang untuk menjadi
Doktor harus melalui SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi, dan itu bukanlah
waktu yang singkat.
F. Adab mencari
ilmu
1.
Niat
Niat
dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari ridho Allah. Hendaknya diringi dengan
hati yang ikhlas benar-benar karena Allah. Bukan untuk menyombongkan diri,
menipu orang lain ataupun pamer kepandaian, tetapi untuk mengeluarkan diri dari
kebodohan dan menjadikan diri kita bermanfaat bagi orang lain
2.
Bersungguh-sungguh
Dalam
menuntut ilmu haruslah bersungguh-sungguh dan tidak pernah berhenti. Allah
mengisyaratkan dalam firman-Nya yang berbunyi : “Dan orang-orang yang
berjuang di jalan Kami pastilah akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami.”
3.
Terus menerus
Hendaklah
kita jangan mudah puas atas ilmu yang kita dapatkan sehingga kita enggan untuk
mencari lebih banyak lagi. Seperti pepatah yang disampaikan oleh Sofyan bin
Ayyinah : “Seseorang akan tetap pandai selama dia menuntut ilmu. Namun jika
ia menganggap dirinya telah berilmu (cepat puas) maka berarti ia bodoh.”
Allah lebih menyukai amalan yang sedikit tapi dilakukan secara terus menerus
dibandingkan amalan yang banyak tetapi hanya dilakukan sehari saja.
4.
Sabar dalam menuntut ilmu
Salah
satu kesabaran terpuji yang harus dimiliki oleh seorang penuntut ilmu adalah
sabar terhadap gurunya seperti kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidr as (QS Al
Kahfi : 66-70). Kita jangan cepat putus asa dalam menuntut ilmu jika
mendapatkan kesulitan dalam memahami dan mempelajari ilmu.
5.
Menghormati dan memuliakan orang yan
menyampaikan ilmu
Di
antara penghormatan murid terhadap gurunya adalah berdiam diri maupun bertanya
pada saat yang tepat dan tidak memotong pembicaraan guru, mendengarkan dengan
penuh khidmat, dan memperhatikan ketika beliau menerangkan, dan sebagainya.
6.
Baik dalam bertanya
ertanya
hendaknya untuk menghilangkan keraguan dan kebodohan diri kita, bukan untuk
meremehkan, menjebak, mengetes, mempermalukan guru kita dan sebagainya.l Aisyah
ra tidak pernah mendengar sesuatu yang belum diketahuinya melainkan sampai
beliau mengerti. Orang yang tidak mau bertanya berarti menyia-nyiakan ilmu yang
banyak bagi dirinya sendiri. Allah pun memerintahkan kita untuk bertanya kepada
orang yang berilmu seperti dalam firman-Nya dalam QS An-Nahl:43
Artinya : "dan kami tidak
mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada
mereka; maka bertanyalah pada orang-orang yang memiliki pengetahuan jika kamu
tidak mengetahui."
sumbe: http://mashfufah25.blogspot.com/2013/12/makalah-kewajiban-menuntut-ilmu.html
***telah di sempurnakan
+ komentar + 2 komentar
:o
thxs.
Post a Comment